DINAMIKADUNIA.COM – Bali, Pulau Dewata, Fajar Dunia. Segala julukan indah tercurah untuk pulau yang satu ini. Bagi banyak orang, Bali adalah kepingan surga, tempat pelarian dari hiruk pikuk kehidupan.
Namun, di balik keindahannya, Bali kini menghadapi tantangan baru dengan membeludaknya wisatawan.
Kehadiran wisatawan memang membawa berkah bagi perekonomian Bali. Namun, di sisi lain, membeludaknya turis juga membawa dampak negatif. Kebebasan dan ketenangan yang dulu menjadi ciri khas Bali mulai terusik.
Pemerintah daerah Bali pun tak tinggal diam. Unit Satpol PP Pariwisata dibentuk untuk menanggulangi masalah yang ditimbulkan oleh ulah wisatawan. Tugas mereka beragam, mulai dari menangani turis mabuk hingga memastikan wisatawan berpakaian santun saat memasuki pura.
Masyarakat Bali sendiri juga merasakan dampak negatif dari membeludaknya wisatawan. Keluhan mengenai perilaku buruk turis pun bermunculan.
Tahun lalu, Gubernur Bali bahkan mengusulkan pembatasan kuota turis asing. Meskipun usulan tersebut tidak terwujud, angka deportasi turis asing terus meningkat.
Tahun lalu Bali mendeportasi 340 warga asing, kebanyakan berasal dari Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan Nigeria. Angka deportasi ini naik dari 188 orang di tahun 2022. Pelanggaran yang mereka lakukan di antaranya habis masa berlaku izin tinggal (overstay), bekerja ilegal, dan bertindak tidak sopan di tempat yang dianggap suci.
Bali memang tetap menjadi destinasi wisata paling populer di Indonesia. Namun, pertanyaan besar kini muncul. bagaimana menjaga keindahan dan keaslian Bali di tengah membeludaknya wisatawan?
Bali, seperti surga lainnya, membutuhkan keseimbangan. Keindahan alam dan budaya Bali harus dijaga agar tetap lestari. Di sisi lain, manfaat ekonomi yang dihasilkan dari pariwisata juga harus tetap terjaga.
Pada Desember lalu, dua turis asal Amerika Serikat dan Bermuda ditangkap setelah video mereka yang tengah cekcok masalah pembayaran di sebuah salon kecantikan menjadi viral. Keduanya lantas dideportasi pada Februari, seperti yang dilaporkan oleh kepolisian setempat.
Awal tahun ini, polisi Bali menangkap tiga warga Meksiko atas perampokan yang melukai seorang wisatawan asal Turki.
Jumlah wisatawan ke Bali diprediksi akan mencapai rekor tertinggi tahun ini, seiring dibukanya kembali sektor pariwisata usai pandemi. Namun masalah yang akan ditimbulkan oleh membeludaknya wisatawan menjadi kian nyata.
Meski risiko masalah di depan mata, tapi Bali tetap menghendaki banyak wisatawan datang untuk menggantikan pemasukan di sektor wisata yang hilang ketika pandemi menghantam perekonomian mereka. Pada 2021, hanya ada 51 wisatawan asing yang datang ke Bali, bandingkan dengan 6,3 juta orang pada 2019.
Angka turis asing ke Bali mencapai hampir 5,3 juta pada tahun lalu, melampaui target 4,5 juta. Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjokorda Bagus Pemayun mengatakan, tahun ini Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno telah menaikkan targetnya menjadi tujuh juta.
“Semoga ini bisa tercapai, seiring dengan semakin banyaknya maskapai penerbangan menambah rute ke Bali,” kata Tjokorda kepada dinamikadunia.com, Minggu (15/9/2024)
Membanjirnya turis tidak hanya meningkatkan kejadian perilaku buruk, melainkan juga berdampak pada sumber daya alam Bali. Citra Bali rusak akibat pembangunan yang tak terkendali, kepadatan penduduk dan kemacetan.
Tantangan ini membutuhkan solusi yang bijak dan komprehensif. Mungkin, saatnya Bali untuk merenungkan kembali konsep pariwisata yang berkelanjutan, yang tidak hanya mengutamakan keuntungan ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian alam dan budaya. (akha)