DINAMIKADUNIA.COM – Pengunduran diri Ahmad Sahroni dari posisi Ketua Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono dalam Pilkada Jakarta 2024 menjadi sorotan publik. Keputusan ini diambil sehari setelah Sahroni ditunjuk oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang mengusung pasangan tersebut.
Sahroni menyatakan bahwa pengunduran dirinya disebabkan oleh tugas baru yang diberikan oleh Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh. Tugas tersebut adalah membantu kader internal Nasdem dalam kontestasi Pilkada 2024.
Meskipun mundur, Sahroni menegaskan bahwa Partai Nasdem tetap solid bersama KIM Plus dan akan terus mendukung pasangan Ridwan Kamil-Suswono. Ia juga menyerahkan sepenuhnya kepada elite KIM Plus untuk menentukan penggantinya sebagai Ketua Tim Pemenangan.
Peristiwa ini menunjukkan dinamika politik yang terjadi menjelang Pilkada Jakarta 2024. Pengunduran diri Sahroni, meskipun dipicu oleh tugas partai, dapat diinterpretasikan sebagai strategi politik yang lebih luas.
Pertama, pengunduran diri ini dapat diartikan sebagai upaya Partai Nasdem untuk memperkuat basis internal mereka dengan fokus pada kaderisasi dan memenangkan Pilkada di daerah lain.
Kedua, pengunduran diri Sahroni juga dapat dimaknai sebagai langkah untuk menjaga soliditas koalisi KIM Plus. Dengan menyerahkan sepenuhnya pemilihan Ketua Tim Pemenangan kepada elite koalisi, Sahroni menunjukkan komitmen Partai Nasdem terhadap koalisi dan menghindari potensi konflik internal.
Terlepas dari interpretasi yang beragam, pengunduran diri Sahroni menjadi bukti bahwa politik adalah arena yang dinamis dan penuh strategi. Keputusan ini tentu akan berdampak pada dinamika Pilkada Jakarta 2024, baik dari sisi internal partai maupun koalisi.
Meskipun keputusan ini diambil dengan alasan tugas partai, namun tetap memiliki implikasi yang luas bagi Pilkada Jakarta 2024.
Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai, mundurnya Sahroni sebagai Ketua Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono bisa disebabkan oleh perundingan yang belum selesai pada partai-partai yang tergabung di KIM Plus.
“Soal mundurnya Sahroni, saya melihatnya ada yang belum clear, ada yang belum tuntas, ada yang belum selesai, dan ada yang belum sepakat mungkin di antara partai-partai Koalisi Indonesia Maju,” ungkap Ujang dikutip diagramkota.com, Selasa (10/9/2024).
Ujang mengatakan, pada prinsipnya sosok yang menjadi Ketua Tim Pemenangan Ridwan Kamil-Suswono harus disepakati oleh semua ketua partai di KIM Plus. Menurutnya, bukan tak mungkin ketua maupun elite partai di KIM Plus ada yang tidak sreg dengan penunjukan Sahroni.
“Mungkin kemarin ketika (Sahroni) ditunjuk ada partai yang belum sepakat, ada partai yang belum clear, ada partai yang masih mengganjal, sehingga daripada tidak satu frekuensi, daripada ada masalah, ya jalan tengahnya, solusinya adalah mundur,” ujar Ujang.
Lebih lanjut, Ujang menilai bahwa banyaknya partai dalam sebuah koalisi akan berdampak pada sulitnya dalam pengambilan keputusan.
“Intinya sih ada yang belum tuntas, ada masalah yang belum selesai di KIM sehingga tadi ketuanya yang sudah ditunjuk lalu mundur,” kata Ujang.
“Saya melihatnya ini bagian daripada ada kesepakatan yang belum tercapai semuanya di KIM, lalu juga ada kelihatannya komunikasi yang bisa saja tidak jalan di KIM,” imbuhnya. (dk/akha)